Ada sebuah pepatah lama berkata..
Jodoh tidak akan kemana, ya ternyata pepatah itu benar adanya..
Aku sedang berada disebuah toko yang menjual barang serba seratus yen (jika dirupiahkan, mungkin sekitar tiga belas ribu'an). Disana menjual berbagai macam barang. Mulai dari perlengkapan rumah tangga, mainan anak, perlengkapan merajut, bahkan makanan dan minuman pun ada. Pada waktu itu aku sedang mencari camilan korea yang pedas, karena menurutku, camilan produksi jepang tidak begitu pedas bagi warga asing sepertiku. Toko yang menjual barang aneh di tempatku hanya di Daiso, maklum ini Desa Kecil, beda dengan Ibu Kota Besar yang terdapat banyak toko.
Lalu.. saat aku sedang memilih dan memilih ingin membeli camilan apa, dia tepat muncul disampingku. Dengan suara yang lembut dan pelan dia berkata. "Ayu"..
Aku hanya bisa terdiam sembari menengok kearahnya, dan kulihat senyum kecil terpaut diwajahnya yang rupawan.
"Hai.. Kamu sedang memilih apa?" Tanyanya membangunkan lamunanku.
"Aku sedang memilih camilan korea" Jawabku dengan sedikit kaku.
Ya aku masih saja kaku dan grogi saat bertemu dengannya. Kadang aku berfikir, bagaimana pandangannya terhadapku, saat melihatku yang kaku dan grogi begini, inginku berteriak sangking malunya saat itu.
"Apa itu enak Ayu? Haruskah aku mencobanya?" Tukasnya penasaran, sambil mengambil camilan seperti yang kupegang dari rak toko.
"Eh jangan.. Kamu sepertinya tidak bisa memakan itu" Jawabku panik.
"Kenapa tidak bisa? Apa hanya kamu yang boleh makan makanan ini?" Tanya nya sambil kebingungan.
"Bukan begitu, tapi kamu akan kepedasaan jika memakannya" Jawabku dengan sedikit tertawa agar mencairkan suasana.
"Ah begitu ya, aku juga belum pernah mencobanya, karena kulihat sepertinya makanan itu pedas. Tapi karena kamu membelinya, aku jadi penasaran dan juga ingin membelinya" Dengan sigap dia mengambil beberapa macam camilan serupa dan langsung membayarnya di kasir.
"Eh serius kamu ingin mencoba camilan itu?" Aku berlari kecil sambil mengejarnya.
Dia pun melangkah dengan cepat tanpa memperdulikan diriku yang tidak bisa mengikuti langkah kakinya yang lebar.
Hideaki adalah pria yang tinggi, cukup tinggi untuk standar pria jepang. Wajahnya pun rupawan, aku bahkan tidak berani membayangkan berapa banyak wanita yang tertarik kepadanya, begitu takut jika aku harus melawan wanita tersebut untuk mendapatkan hatinya.
"Serius kamu akan membelinya?" Tanyaku yang ikut mengantri dibelakangnya.
"Hust berisik kamu, di jepang kita harus tenang" Jawabnya terkekeh bahagia.
"Tau ah nyebelin" Tukasku marah manggunakan bahasa indonesia, agar dia tidak mengerti apa yang aku katakan.
Dia menunggu diriku diluar toko setelah membayar semuanya.
Kemudian aku mendekatinya sembari berkata "Dooorrrr" dan menepuk bahunya dengan lembut. Dia pun menengok dan memeletkan lidah tanda bahwa dia tidak terkena keusilanku.
Kita pun tertawa bersama, sangat bahagia jika kuingat momen tersebut.