Angin berdesir seirama detak jatungku. Membelai sebagian anggota wajahku. Selembut sutra tangannya menyapaku. Menggantikan perasaan yang tak pernah terungkap oleh subuah kata. Dirinya begitu indah. Bagaikan bentangan laut yang memperlihatkan keindahan. Seribu diam yang tak dapat mengungkapkan betapa sempurnanya.
Namun seketika bentangan laut itu berubah menjadi sorotan mata yang begitu tajam. Setajam mata elang mencari-cari mangsa yang lemah. Mata itu menatapku, menatap setiap tindakanku. Bahkan untuk merangkakpun aku begitu tak berdaya. Ku tatap mata tajam itu, berharap ia akan menjadi sayu. Tapi sorotan sinar bola mata itu semakin dekat dan siap melahapku dengan kelopak matanya. Aku merunduk seolah bersembunyi diantara tebing-tebing kehancuran.
Sorotan itu seolah pergi dari pengelihatanku, tapi tidak dengan hatiku. Tatapan setajam mata elang itu menghantui setiap tindakanku walau kucoba bersembunyi dibalik kegelapan maupun dibalik cahaya kebahagiaan ia tetap memandangiku dari dalam diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar