" /> " /> " />

Rabu, 27 Februari 2013

Puisi Pertamaku "Bintang"


          "Bintang"

Aku adalah seorang bintang
Yang hidup dihamparan langit yang luas
Dipenuhi berbagai macam bintang
Dan benda luar angkasa lainnya

       Saat malam telah datang
       Aku bersinar terangi malam yang gelap
       Saat matahari terbit di ufuk timur
       Akupun perlahan menghilang

Matahari dan bulan adalah orangtuaku
Matahari adalah ibuku
Dan bulan adalah ayahku
Meteor dan komet adalah kakak-kakakku

       Saat malam ku membantu ayahku
       Menerangi malam
       Dan saat pagi ku menghilang
       Itulah kehidupanku sebagai seorang bintang
       Yang hidup dengan bahagia


Itu adalah puisi pertama yang ku tulis ketika aku masih menjadi murid SMP di salah satu SMP negri di Jakarta, hingga sekarang aku masih belum mengerti arti dari puisi ini, ya mungkin dulu aku membuatnya tanpa maksud dan arti apa-apa. Yang terpenting karena puisi ini aku menjadi hobi menulis puisi hingga sekarang dan juga pernah memenangkan lomba membaca puisi. Awal yang Indah ya.

Minggu, 17 Februari 2013

Sayonara Megane-kun




Ada saat-saat di dalam hidup kita yang paling bahagia, yang mungkin belum pernah kita temui di kehidupan sebelumnya, tetapi ketika masa berlaku kebahagian itu telah habis, dengan sendirinya kita akan menghindar dari kebahagiaan itu secara perlahan atau kebahagiaan itu yang menghindar dari kita.
    




"Ingatlah kebahagiaan itu sebagai kenangan yang terindah"

Sabtu, 16 Februari 2013

Tatapan Tajam





       Angin berdesir seirama detak jatungku. Membelai sebagian anggota wajahku. Selembut sutra tangannya menyapaku. Menggantikan perasaan yang tak pernah terungkap oleh subuah kata. Dirinya begitu indah. Bagaikan bentangan laut yang memperlihatkan keindahan. Seribu diam yang tak dapat mengungkapkan betapa sempurnanya.

       Namun seketika bentangan laut itu berubah menjadi sorotan mata yang begitu tajam. Setajam mata elang mencari-cari mangsa yang lemah. Mata itu menatapku, menatap setiap tindakanku. Bahkan untuk merangkakpun aku begitu tak berdaya. Ku tatap mata tajam itu, berharap ia akan menjadi sayu. Tapi sorotan sinar bola mata itu semakin dekat dan siap melahapku dengan kelopak matanya. Aku merunduk seolah bersembunyi diantara tebing-tebing kehancuran.

       Sorotan itu seolah pergi dari pengelihatanku, tapi tidak dengan hatiku. Tatapan setajam mata elang itu menghantui setiap tindakanku walau kucoba bersembunyi dibalik kegelapan maupun dibalik cahaya kebahagiaan ia tetap memandangiku dari dalam diriku sendiri. 

Hujan cinta dibulan Januari





Ku kayuh sepedahku
Seiring desiran debu
Angin kering utara berdesir lirih
Seolah mengejek kelemahanku

Hujan yang turun sesaat
Diantara bulan Januari - Februari
Bagaikan serangan panah beracun
Yang hampir mematikanku

Gurun..
Gurun yang hampir menjadi hutan tropis
Perlahan mulai kembali menjadi butiran debu
Yang selalu diterbangkan oleh angin
Kemanapun ia ingin tuju

Aku ingin menjadi peri hutan tropis, 
Bukan butiran debu di sebuah gurun

Gadis kecil yang meraih cinta





       Ketika senja berpadu. Malam mulai mengisi kekosongan. Sang surya yang begitu gagah harus meninggalkan peraduannya untuk beristirahat dengan kedamaian. Rembulan indah yang memancarkan cinta mulai menyapa bagai angin yang terus menerus menyibak rambut halusnya yang berjuntai dengan indah. Cahaya yang membawa cinta, seolah memanggil seperti mengajak untuk merasakannya.

       Jatuh.. Cahaya yang bersinar diantara kegelapan itu sekarang jatuh menimpanya. Seolah bermandikan kedamaian yang dikirimkan oleh sang pencipta. Tangannya yang mungil berusaha menggapainya, sekuat tenaga ia mencoba meraihnya, untuk mendapatkan dan memilikinya.

       Ia mencoba bertanya kepada cahaya itu. Hanyalah kekosongan yang menjawab semua keluh kesah gadis mungil itu. Beribu lompatan telah ia lakukan, tetapi cahaya itu belum bisa ia raih dan genggam. Butiran-butiran lelah yang telah ia perjuangkan sekarang mulai berjatuhan.

       Kemilau cahaya itu hanya terus memandanginya tanpa memberitahu apapun yang ingin diketahuinya. Ia begitu lelah, lelah.. hingga ia memejamkan mata. Merasakan desiran angin yang menyejukan hawa nafsunya. Ketenangan, gadis kecil itu merasakan ketenangan. Seperti ia sudah hidup ribuan tahun lamanya. Ia tahu segala sesuatunya sekarang..