Musim ini semua berbeda. Langit, udara, dan cuaca semua berubah. Hanya sang pengelana yang masih selalu sama, selalu kehilangan arah dan hidup tanpa sebuah tujuan serta kepastian.
Ia selalu berjalan dan terus berjalan tanpa lelah, walaupun sang pengelana tahu kaki dan tubuhnya sudah tak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Walaupun juga ia tahu bahwa pasir dan kaktus selalu mencibirnya dengan kata-kata yang tak bersahabat.
Entah siang ataupun malam, padang pasir ini selalu sunyi serta senyap tanpa penghuni. Hanya ada aku dan Tuhan yang selalu menemani. Siang yang begitu terik, malam yang begitu dingin, tapi udara dengan merdunya bernyanyi untuk menemani.
Sang pengelana terus melanjutkan perjalanan, ditemani dengan Tuhan, ia yakin semua akan berakhir dengan indah, seindah ia menemukan sebuah kolam yang ditumbuhi dengan berbagai macam bunga. Terkadang ia menangis, terkadang ia tertawa, tanpa alasan yang jelas ia selalu melakukan hal itu.
Kemudian ia sadar, bahwa perjalanannya tersebut sudah menggerogoti sebagian umurnya, yang sangat ia sadari ternyata tanpa menemukan sebuah hasil yang jelas. Sang pengelana mulai menyerah, ia merasa semua hanyalah sia-sia dan akan mengakhirnya hingga disini, ditengah padang pasir yang tak berpenghuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar