Penelitian menarik yang dilakukan oleh Ekman dan Friensen terhadap enam emosi yang bisa di identifikasi pada tahun 1982 mengungkap temuan-temuan berikut ini dari orang-orang yang ikut ambil bagian dari penelitian tersebut. Ketika diminta untuk mengukur:
- Kebahagiaan: 100% dari mereka bisa merasakannya.
- Kesedihan: sekitar 80% dari mereka bisa merasakannya.
- Keterkejutan: emosi ini terbukti sulit untuk diidentifikasi karena sifatnya yang hanya sementara.
- Muak: sekitar 80% dari mereka bisa merasakannya.
- Rasa Takut: sekitar 80% dari mereka bisa merasakannya.
- Marah: sekitar 80% dari mereka bisa merasakannya.
Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa ketika tes-tes tersebut dilakukan, para subjek penelitian diminta untuk berpura-pura menunjukkan ekspresi emosional tertentu. Ketika dicoba untuk mengevaluasi ekspresi spontan yang sebenarnya, angka-angka yang diperoleh ternyata lebih tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih terbiasa menunjukkan dua ekspresi wajah, keduanya terkait dengan kebahagiaan dan kesedian, yakni:
- Tersenyum
- Sebuah ekspresi yang terkait dengan perasaan putus asa atau merana.
Kedua ekspresi ini mudah dikenali sebagaimana yang terlihat dari hasil penelitian. Ambillah kebahagiaan, ini merupakan satu-satunya emosi yang positif. Seperti yang terlihat pada statistik di atas, tanpa terkecuali, kita seolah-olah sudah ditakdirkan untuk mengetahui kapan orang lain berada dalam kerangka pikiran yang positif. Terkait dengan senyuman, banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai area ini. Senyuman memiliki daya tarik tersendiri bagi para psikolog dan ahli saraf sebab senyuman merupakan sarana yang sering digunakan sebagai "topeng", selain dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersungguh-sungguh.
"Ambillah kebahagiaan, ini merupakan satu-satunya emosi yang positif"
Senyuman pada umumnya dianggap sebagai ekspresi paling mudah yang bisa kita tunjukkan seolah kita bisa melakukannya secara otomatis. Dan ini dibuktikan oleh, misalnya seorang politisi yang sedang diwawancarai dalam masa pemilihan akan secara tiba-tiba menunjukkan "senyum" ketika melihat bayi yang lucu dan menggemaskan.
Alasan mengapa begitu banyak penelitian yang dilakukan mengenai subjek ini adalah karena ketika kita tengah berinteraksi dengan orang lain, sebuah senyuman dapat mempengaruhi sikap orang lain terhadap kita dan mendorong terjadinya interaksi yang positif. Seperti kata pepatah: "Tersenyumlah dan seluruh dunia tersenyum bersama Anda".