Selasa, 22 April 2014

Hanya Terdiam




Aku mengenalmu lebih lebih dari setengah umurku. Kau baik, perhatian dan menawan. Aku selalu tertarik dan tertarik sejak pertama kali kita bertemu, disuatu senja yang sangat aku suka itu..


Kau tersenyum kepadaku, seraya ingin menyapa. Aku tersipu dengan sejuta malu, bagaikan bunga mawar merah yang sangat aku suka itu..

Lalu kau menghilang, tanpa jejak dan hanya meninggalkan sebuah kenangan. Sangat indah dan tak akan pernah ku lupakan. Kenangan yang jika aku mengingatnya akan tersenyum sekaligus menangis dalam kebahagiaan..

Seketika kenangan itu datang menghampiri diriku. Tangisan dan senyuman beradu menjadi satu, tak bisa diriku membedakan, apakah aku sedang bahagia atau bersedih karena dirimu. Hanya air mata dan senyuman yang bisa terbaca di wajah manisku..

Ketika kulihat gadis mungil itu sedang menggandeng lenganmu dengan manja, bagaikan se'ekor kucing yang sangat cantik dan lucu, yang tak akan satu orangpun akan menolaknya..

Dirimu yang selalu aku tunggu..
Dirimu yang selalu ku impikan..
Dirimu yang ku anggap sebagai pangeran masa depanku, kini telah menggores setiap inci dari hatiku yang begitu suci dan tulus..

Aku hanya bisa terdiam didalam rintikan hujan. Melihat kau dan dia, gadis cantik dengan wajah yang mempesona itu, yang bisa membuatmu jatuh cinta, mungkin untuk pertama kalinya..

Dibawah rintikan hujan ini, kusembunyikan tangis dan senyum bahagiaku. Berharap rintik hujan akan menghapus segalanya, kesedihan sekaligus kebagiaan karena ku telah menemukan dirimu bahagia tidak bersama dengan diriku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar